Entri Populer

Saphire Blue Ocean

Saphire Blue  Ocean

Jumat, 12 Juni 2009

BuNrAkU




From : Diana Putri Hapsari




BUNRAKU



Pertunjukan boneka atau puppet theater yang sudah dikenal sejak zaman dahulu hampir di seluruh negara, termasuk Jepang. Di Jepang ada sebuah pertunjukan boneka kuno bernama bunraku yang sangat berbeda dengan pertunjukan boneka di Eropa dan negara-negara lainnya. Boneka [ningyou] pada pertunjukan bunraku umumnya berukuran hampir setengah ukuran orang dewasa. Boneka tersebut tidak digerakkan menggunakan benang, melainkan dimainkan oleh omozukai [dalang] langsung di atas panggung. Dan uniknya lagi, satu tokoh boneka bisa dimainkan oleh 3 orang sekaligus. Dalang pertama biasanya menggerakkan kepala dan lengan kanan, sedangkan dalang kedua menggerakkan lengan kiri, dan dalang ketiga menggerakkan kaki boneka. Untuk menyamarkan panggung agar tidak berkesan penuh, dalang kedua dan ketiga biasanya mengenakan pakaian serba hitam plus kerudung hitam untuk menutup kepala, meski kadang kerudung tersebut dibuka di pertengahan pertunjukan bila penonton sudah hanyut dalam cerita. Khusus untuk boneka wanita biasanya tidak ada kaki karena mengenakan kimono panjang. Menjadi omozukai profesional tidaklah mudah, karena diperlukan latihan selama kurang lebih 10 tahun!
Selain pemain boneka atau dalang, dalam pertunjukan bunraku juga ada penyanyi dan pemain shamisen [alat musik tradisional Jepang bersenar tiga yang dimainkan dengan cara dipetik] yang duduk berdampingan di sebelah kiri dan kanan panggung. Di sini tugas penyanyi adalah menceritakan seluruh karakter boneka yang muncul dengan membaca narasinya, sedangkan pemain shamisen akan memainkan musik setiap pergantian adegan. Kombinasi penyanyi dan pemain shamisen ini dikenal dengan istilah joururi, karena itulah bunraku kadang disebut juga dengan istilah ningyou joururi.

Bunraku ditemukan pertama kali di Osaka pada tahun 1684, sama tuanya pertunjukan Kabuki dan Noh. Sama seperti kabuki, saat itu hanya kalangan aristocrat saja yang boleh mempelajari bunraku. Barulah pada abad ke-17 bunraku baru dipopulerkan ke kalangan rakyat setelah Chikamatsu Monzaemon [1653-1724] membuat karya Sonezaki Shinju [Love Suicide at Sonezaki] yang ceritanya menyentuh seluruh kalangan karena karena diambil dari kisah nyata mengenai pasangan kekasih yang bunuh diri, seperti kisah Romeo and Juliet. Karena banyak kasus bunuh diri yang diilhami dari Sonezaki Shinju, karya tersebut sempat dianggap legal oleh pemerintah, tapi berkat karya itu Chikamatsu dinobatkan sebagai tokoh bunraku dan Shakespeare di Jepang. Hingga sekarang tema yang sering diangkat dalam cerita bunraku biasanya seputar konflik social [giri] dan perasaan manusia [ninjou].

Pada periode Meiji [1868-1912] saat masuknya budaya barat ke Jepang, bunraku mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 1966 pemerintah Jepang berusaha melestarikan bunraku dengan membangun teater bunraku modern National Theater Tokyo dan National Bunraku Theater Osaka. Dalam setahun biasanya teater yang berkapasitas 750 orang penonton itu, menggelar 4 kali pertunjukan bunraku. Dewasa ini antusias orang Jepang terhadap bunraku memang masih besar, tapi yang menjadi masalah adalah berkurangnya pengrajin yang membuat boneka bunraku, apalagi pelatihan menjadi seorang omozukai membutuhkan waktu panjang yang tidak diminati generasi muda sekarang ini.

Tidak ada komentar: